KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Sensor”.
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Industri di Semester III. Makalah
ini membahas tentang Definisi, Klasifikasi, Jenis, dan Aplikasi Sensor.
Akhirnya, penulis ingin
menyampaikan terima kasih atas perhatian pembaca terhadap makalah ini,
penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya.
“Tak ada gading yang tak
retak, begitulah adanya makalah ini”
Dengan segala kerendahan
hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Jakarta,
Oktober 2013
Penulis
A.
Definisi Sensor
Sensor adalah piranti yang mengubah suatu nilai (isyarat/energi)
fisik ke nilai fisik yang lain menjadi satuan analog sehingga dapat dibaca oleh suatu rangkaian
elektronik. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan
sinyal elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet cahaya,
pergerakan dan sebagainya.
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur
sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar
dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali
dan robotika, sensor memberikan kesamaan yanag menyerupai mata, pendengaran,
hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya
(Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi
mengubah tegangan fisika (misalnya: temperatur, cahaya, gaya, kecepatan
putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam teknik
pengukuran dan pengaturan ini harus memnuhi persyaratan-persyaratan kualitas
yakni :
1.
Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional,
jadi karakteristik konversi harus linier.
2.
Tidak tergantung temperatur
Keluaran inverter tidak boleh tergantung
pada temperatur disekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3.
Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih
sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh tegangan
listrik keluaran yang cukup besar.
4.
Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang
diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhirnya pada nilai
masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila
nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
Ada 6 tipe isyarat sensor, yaitu:
1. Mechanical, contoh: panjang, luas, mass flow, gaya, torque, tekanan,
kecepatan, percepatan, panjang gel acoustic, dll
2. Thermal, contoh: temperature, panas, entropy, heat flow
3. Electrical, contoh: tegangan, arus, muatan, resistance, frekuensi, dll
4. Magnetic, contoh: intensitas medan, flux density, dll
5. Radiant, contoh: intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dll
6. Chemical, contoh: komposisi, konsentrasi, pH, kecepatan reaksi, dll
B.
Klasifikasi Sensor
Terdapat beberapa tipe sensor yang
berdasar pada :
1. Berdasarkan Keprluan Power
Supply
- Pasif, sensor yang tidak memerlukan power supply pada
saat bekerja, outputnya muncul akibat adanya rangsangan atau dikatakan
sensor pasif apabila energi yang dikeluarkannya diperoleh seluruhnya dari
sinyal masukan. Contoh: Termokopel, piezoelectric, microphone.
- Aktif, sensor yang memerlukan power supply dari luar
agar sensor tersebut dapat berfungsi atau memiliki sumber energi tambahan
yang digunakan untuk output sinyalnya, adapun sinyal input hanya
memberikan kontribusi yang kecil terhadap daya keluaran.
2. Berdasarkan Sifat Dasar dari
Sinyal Outputnya
- Analog Sensor, sensor yang memberikan sinyal kontinyu
dari besaran yang diukur. Semua besaran fisika pada dasarnya adalah
analog.
- Digital Sensor, sensor yang outputnya bersifat diskrit.
3. Berdasarkan fungsi dan penggunaannya
a.
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk
mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda
atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, fototransistor, fotodiode, fotomultiplier, fotovoltaic, infrared
pyrometer, hygrometer, dsb.
b.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan
gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan
melingkar, tekanan, aliran, level dsb.
Contoh; strain gage, linear variable
deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon
tube, dsb.
c. Sensor optik atau cahaya adalah sensor
yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun
bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo cell, fototransistor, fotodiode, fotovoltaic,
fotomultiplier, pyrometer optic, dsb.
C.
Jenis Sensor
Beberapa
jenis sensor adalah:
1. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah
alat yang digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah
energi dari foton menjadi Elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan
satu elektron. Sensor cahaya sangat luas penggunaannya, salah satu yang paling
terkenal adalah LDR (Light dependent resistor). Sensor cahaya
terdiri dari 3 kategori, yaitu:
a.
Fotovoltaic atau
sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi
energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan
elektron dan menghasilkan tegangan. Semakin kuat sinar matahari tegangan dan
arus listrik Dc yang dihasilkan semakin besar. Bahan pembuat solar cell adalah silicon, cadmium
sullphide, gallium arsenide dan selenium.
Simbol sel solar
adalah
Prinsip kerja: Bila cahaya jatuh pada sel
solar, depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui hubungan
“pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron yang
ditentukan intensitas cahayanya.
Depletion layer adalah pertemuan antara substrat
tipe P dan subtrat tipe N.
Aplikasi dari sensor ini adalah sebagai pusat pembangkit listrik dan
transportasi
b. Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya,
semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula
nilai tahanannya.
Berfungsi untuk
mengubah intensitas cahaya menjadi perubahan konduktivitas. Kebanyakan komponen
ini erbuat dari bahan cadmium selenoide atau cadmium sulfide. Beberapa tipe
fotokonduktif adalah:
1) LDR (Light Dependent Resistor)
Berfungsi untuk mengubah itensitas
cahaya menjadi hambatan listrik. Semakin banyak cahaya yang mengenai permukaan
LDR hambatan listrik semakin besar.
Simbol LDR :
Aplikasi dari sensor ini adalah umumnya
LDR digabungkan dengan beberapa transistor untuk membentuk rangkaian lampu
otomatis atau rangkaian lainnya. Kelebihan dari LDR ini adalah tidak
menggunakan kode khusus untuk membaca nilai resistansi.
2) Fotodiode
Berfungsi untuk mengubah intensitas
cahaya menjadi konduktivitas dioda. Fotodiode sejenis dengan dioda pada
umummya, perbedaannya pada fotodiode ini adalah dipasangnya sebuah lensa
pemfokus sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Simbol Fotodiode :
Prinsip kerja : Energi pancaran cahaya
yang jatuh pada pertemuan “pn” menyebabkan sebuah elektron berpindah ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari valensi band
meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan elektron bebas dan hole.
Aplikasi dari sensor ini adalah
digunakan sebagai penghitung otomatis jumlah kendaraan yang lewat jalur tol,
pengukur intensitas cahaya pada kamera digital, dan digunakan sebagai komponen
sensor cahaya pada peralatan medis.
3) Fototransistor
Berfungsi untuk mengubah intensitas
cahaya menjadi konduktivitas transistor. Fototransistor sejenis dengan
transistor pada umummya. Bedaannya, pada fototransistor dipasang sebuah lensa
pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan
”pn”.
Simbol Fototransistor :
Fototransistor mempunyai kemampuan kepekaan yang lebih baik dibanding
dengan fotodiode, ini disebabkan oleh elektron yang dihasilkan oleh foton
cahaya pada kaki junction diinjeksikan dibagian base transistor tersebut,
kemudian diperkuat di kaki kolektornya.
2. Sensor Suara
Sensor suara
bekerja berdasarkan besar/kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai
membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang juga terdapat
sebuah kumparan kecil dibalik membran tadi naik dan turun. Oleh karena kumparan tersebut
sebenarnya adalah ibarat sebuah pisau berlubang-lubang, maka pada saat ia
bergerak naik turun, ia juga telah membuat gelombang magnet yang mengalir
melewatiya terpotong-potong. Kecepatan gerak kumparan menentukan kuat-lemahnya
gelombang listrik yg dihasilkannya. Sebuah sensor untuk mendeteksi suara, secara umum, yang
disebut mikrofon.
Sensor
suara adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suara menjadi
besaran listrik. Sinyal yang masuk akan di olah sehingga akan menghasilkan satu
kondisi yaitu kondisi 1 atau 0. Sensor suara banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Contoh aplikasi sensor ini adalah yang bekerja pada system robot.
Suara yang diterima oleh microfon akan di transfer ke pre amp mic, fungsi pre
amp mic ini adalah untuk memperkuat sinyal suara yang masuk kedalam komponen.
Setelah
sinyal suara diterima oleh preamp mic, kemudian di kirim lagi ke rangkaian
pengkonfersi yang mana rangkaian ini berfungsi untuk merubah sinyal suara yang
berbentuk sinyal digital menjadi sinya analog agar bisa dibaca oleh
mikrokontroler.
Kesensitifan sensor suara dapat diatur, semakin banyak kondensator
yang digunakan pada pre amp maka akan semakin baik daya sensitive dari sensor
suara tersebut. Begitu juga pada saat penggunaan suara harus dalam kondisi
tertentu, karena jika terdapat suara lain yang masuk maka akan tidak dikenali
oleh sensor, begitu pula frekuensi yang digunakan harus sesuai pada saat kita
menginput suara awal dan input suara pada saat menjalankan program.
3. Sensor Tekanan
Sensor
tekanan adalah sensor untuk mengukur tekanan suatu zat. Tekanan (p) adalah
satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur
kekuatan dari suatu cairan atau gas.
Satuan
tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Semakin tinggi
tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin
tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan
lebih rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran rendah tekanan
lebih tinggi.
Akan
tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali untuk uap air, uap
air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi perubahan dari gas kembali
menjadi cair. (dikutip dari wikipedia : kondensasi). Rumus dari tekanan dapat
juga digunakan untuk menerangkan mengapa pisau yang diasah dan permukaannya
menipis menjadi tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama akan
dapatkan tekanan yang lebih tinggi.
Prinsip
kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah
tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Kurang ketegangan didasarkan pada
prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas penampang. Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi
inti kumparan sehingga mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan.
Kumparan yang digunakan adalah kumparan CT (center tap), dengan demikian
apabila inti mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan
bertambah sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Kemudian
pengubah sinyal berfungsi untuk mengubah induktansi magnetik yang timbul pada
kumparan menjadi tegangan yang sebanding.
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi kinerja sensor:
a. Keadaan cuaca yang tidak menentu
b.
Keadaan
Suhu pada suatu lingkungan
c.
Tekanan
sekitar sensor
d.
Umur
dari komponen sensor tersebut
Aplikasi sensor tekanan adalah:
a. Motor bensin
b. Pesawat terbang
c. Pengukur tekanan ban
d. ketinggian, pesawat terbang, roket, satelit, balon
udara dll
4. Sensor
Proximity
Sensor proximity adalah sensor untuk
mendeteksi ada atau tidaknya suatu obyek. Dalam dunia robotika, sensor
proximity seringkali digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
suatu garis pembimbing gerak robot atau lebih dikenal dengan istilah
“Line Follower Robot “ atau “ Line Tracer Robot”,
juga biasa digunakan untuk mendeteksi penghalang berupa dinding atau penghalang
lain pada Robot Avoider. Jenis-jenis sensor garis
yaitu:
a. Kombinasi
IR LED dan Photodiode atau
Phototransistor
b. Kombinasi
LED superbright dan LDR
c. Optosensor:
Photoreflektif sensor
d. Kamera
Prinsip
kerja Sensor
proximity adalah
memanfaatkan sifat cahaya yang akan dipantulkan jika mengenai benda berwarna
terang dan akan diserap jika mengenai benda berwarna gelap. Sebagai sumber cahaya
kita gunakan LED (Light Emiting Diode) yang akan memancarkan cahaya merah. Dan
untuk menangkap pantulan cahaya LED, kita gunakan photodiode. Jika sensor berada diatas garis hitam maka
photodioda akan menerima sedikit sekali cahaya pantulan. Tetapi jika sensor berada diatas garis putih maka
photodioda akan menerima banyak cahaya pantulan. Berikut adalah ilustrasinya :
Sifat dari photodioda adalah
jika semakin banyak cahaya yang diterima, maka nilai resistansi diodanya
semakin kecil. Dengan melakukan sedikit modifikasi, maka besaran resistansi
tersebut dapat diubah menjadi tegangan. Sehingga jika sensor berada diatas garis hitam, maka
tegangan keluaran sensor akan kecil, demikian pula sebaliknya.
Aplikasi dari sensor ini adalah biasanya dipakai pada belt conveyor yang dipasang di
bagian tail pulley untuk safety device dan dapat diaplikasikan pada
kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk
menggerakkan suatu mekanis saklar.
5. Sensor
Penyandi
Sensor Penyandi
(Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari
suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu;
a.
Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa
untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek
yang diputar.
b. Penyandi absolut (yang memperlengkapi
kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara
kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa
gelombang kotak yang dihasilkan
sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu
Prinsip
Kerja dari sensor ini adalah saat rangkaian sumber cahaya diberi VCC 5 Volt dan
menghasilkan cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak terhalangi maka akan
menghasilkan tegangan 5V dan begitu juga sebaliknya saat terhalangi maka akan
menghasilkan tegangan 0V. Dimana tegangan menjadi inputan untuk mikrokontroler.
Berikut
ini adalah gambar Rangkaian sensor yang digunakan :
Pada gambar di samping Led Inframerah kita gunakan untuk menembakkan cahaya sedangkan disisi kanan light receive dapat kita gunakan sensor cahaya seperti fotodiode atau fototransistor.
Salah satu aplikasi rotary encoder sebagai sensor
posisi digunakan pada Mouse Analog (Mouse yang menggunakan Bola). Bisa dibuka
akan terlihat kurang lebih Tiga buah Rangkaian Sensor Posisi menggunakan Rotary
Encoder.
6.
Sensor
Ultrasonik
Sensor ultrasonik
bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini
menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang
suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah
berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis
objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun
tekstil.
Aplikasi
dari sensor ini adalah dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut dan
kedalaman keretakan pada suatu material
7. Sensor Kecepatan (RPM)
Proses penginderaan
sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu
poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu
tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering
pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi)
yang timbul saat medan magnetis terjadi. Kecepatan adalah jarak yang ditempuh oleh suatu
benda dalam suatu waktu. Kecepatan yang biasa diukur dalam satuan kecepatan
yaitu:
a. Meter per detik dengan simbol m/detik
b. Kilometer per jam dengan simbol km/jam atau kph
c. Mil per jam dengan simbol mil/jam atau mph
d. Knot merupakan singkatan dari nautical mile per jam
e. Mach yang diambil dari kecepatan suara. Mach 1 adalah
kecepatan suara.
f. Kecepatan cahaya atau disebut juga sebagai konstanta
cahaya dinyatakan dengan simbol C
8. Sensor Magnet
Sensor Magnet
atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet
dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar
dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di
sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan
bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.
9.
Sensor
Suhu
Sensor suhu adalah alat yang digunakan
untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah
dianalisis besarnya. Karakteristik sensor suhu ditentukan dari sejauh mana
sensor tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi setiap perubahan
suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan mendeteksi perubahan suhu meliputi:
a.
Sensitifitas,
yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu
mendeteksi perubahan suhu meskipun kenaikan suhu tersebut sangat sedikit.
Sebagai gambaran sebuah inkubator bayi yang dilengkapi dengan sensor yang
memiliki sensitifitas yang tinggi
b.
Waktu
respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk memberikan
respon terhadap suhu yang dideteksinya. Semakin cepat waktu respon dan waktu
recovery maka semakin baik sensor tersebut.
c.
Stabilitas
dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan
besar sensitifitas yang sama terhadap suhu , serta seberapa lama sensor
tersebut dapat terus digunakan.
Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan :
1) Thermokopel
Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal
dengan Efek Seebeck.Thermokopel pada
pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda disambung las dilebur
bersama satu sisi membentuk “hot” atau sambungan pengukuran yang ada ujung-ujung
bebasnya untuk hubungan dengan sambungan referensi. Perbedaan suhu antara
sambungan pengukuranmdengan sambungan referensi harus muncul untuk alat ini
sehingga berfungsi sebagai thermokopel.
(a) Thermokopel
(b) Simbol thermokopel
Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik
linier suhu terhadap tegangan.
Tipe-tipe kombinasi logam penghantar
thermokopel:
a) Tipe E (kromel-konstantan)
b) Tipe J (besi-konstantan)
c) Tipe K (kromel-alumel)
d) Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
e) Tipe T (tembaga-konstantan)
2) Detektor Suhu Tahanan
Konsep utama dari yang
mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan (resistant temperature
detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding
dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan dapat diulang
lagi sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten
melalui pendeteksian tahanan. Bahan yang sering digunakan RTD
adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
(a) Detektor suhu tahanan (b) Simbol RTD
3) Thermistor
Adalah resistor yang peka
terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif. Karena suhu
meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan
tahanan sebesar 5 % peroC) oleh karena itu mampu mendeteksi
perubahan kecil di dalam suhu.
4) Sensor Suhu Rangkaian Terpadu (IC)
Sensor suhu dengan IC ini
menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan (sensor). Memiliki
konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang suhu
(dibawah 200oC), tetapi menghasilkan output yang sangat linear di
atas rentang kerja.
0 komentar:
Posting Komentar