KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan nafas
kehidupan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Proses Manufaktur Industri
Kaca”.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Proses Manufaktur I.
Makalah ini membahas tentang definisi, sifat-sifat, jenis-jenis, standar
manajemen dan produksi, dan proses pembuatan kaca.
Akhirnya,
penulis ingin menyampaikan terima kasih atas perhatian pembaca terhadap makalah
ini, penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri penyusun sendiri
dan khususnya pembaca pada umumnya.
“Tak
ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini”
Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Jakarta, Oktober 2013
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kaca merupakan benda yang sering kita
jumpai di kehidupan sehari-hari. Kaca banyak sekali di gunakan dalam
sifat-fatnya yang khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan kimia,
efektif sebagai isolator listrik, dan mampu menahan vacum. Tetapi kaca adalah
bahan yang rapuh dan secara khas mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi
dari kekuatan tariknya. Salah satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini
di buat oleh pliny, yang menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia
purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk yang digunakan secara
tidak sengaja diletakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan
yang terjadi antara pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian
berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum
Masehi, orang Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca dengan ketrampilan
yang halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai
disebut-sebut sejak tahun 290. Ibnu Firnas dikenal sebagai ilmuwan pertama yang
memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan.
Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tak
kurang dari 58 resep orisinil untuk memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus
pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua kitab yang dituliskannya
selama hidup. Dalam Kitab al-Durra al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl
dan 12 resep atau rumus pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu
Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Silinder kaca jendela tiup ditemukan
oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah, Venesia memegang monopoli
sebagai pusat industi kaca. Di Jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada
abad ke-16. Secara keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni
yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia yang dijaga ketat.
Pada tahun 1914, di Belgia di kembangkan
proses fourcault yang menarik
kaca plat secara kontinyu. Selama 50 tahun berikutnya, para insinyur dan
ilmuwan telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses penarikan kaca
dengan tujuan untuk memperkecil distorsi
optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan kaca lembaran
gosok dan poles.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang
sangat dingin dan tidak mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai
viskositas cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi
karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan dan
pendinginan (cooling) terjadi sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika
tidak “sempat” menyusun diri secara teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah
gabungan berbagai oksida anorganik yang tak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan struktur atom
yang acak. Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang
mengandung amat sedikit bahan nonvitreo
dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas merupakan materi bening
dan transparan (tembus pandang) yang biasanya di hasilkan dari campuran silikon atau bahan silikon
dioksida (SiO2), yang secara kimia
sama dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-sifat yang
khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini
terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses
pembentukannya.
B.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
menambah wawasan mengenai industri kaca
2. Untuk
mengenal dan memahami proses manufaktur dari industri kaca
3. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah proses manufaktur I
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi
Menurut
Adams dan Williamson, kaca adalah material amorf yang pada suhu biasa mempunyai
bentuk yang keras, tetapi apabila dipanaskan, lama kelamaan akan menjadi lunak,
sesuai dengan suhu yang meningkat dan akhirnya menjadi kental hingga mencapai
keadaan cair. Selama proses pendinginan terjadi proses yang berkebalikan dengan
proses peleburan kaca. Kaca atau gelas merupakan bahan pecah belah, biasanya
terbentuk apabila bahan cair tidak berkristal didinginkan dengan cepat, dengan
itu tidak memberikan cukup waktu untuk jaringan kekisi kristal biasa terbentuk.
Kaca atau gelas termasuk kelompok vitroida atau termogel, yang merupakan
senyawa kimia dengan susunan yang kompleks.
Senyawa tersebut diperoleh dengan
membekukan lelehan yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk yang amorf
dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh.
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila
dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut
demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan
seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat
proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel
silika tidak “sempat” menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca atau
adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang
dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah,
pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Walupun terdapat ribuan macam formulasi
kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu di catat bahwa
pasir kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen
dari seluruh kaca yang di produksi di dunia. Kaca dibuat dari campuran 75%
silikon dioksida (SiO2), Na2O, CaO, dan beberapa zat
tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat Celsius. Bahan-bahan pembuat kaca
di antaranya adalah:
1. Pasir
(SiO2)
Pasir
yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni (99.1 – 99.7 %).
Silikon (IV) oksida ialah molekul kovalen raksasa. Oleh karena itu, silicon
(IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi setiap ikatan kovalen
antara atom dalam struktur raksasa. Maka, silicon (IV) oksida mempunyai titik
lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710oC. Dalam silicon (IV) oksida,
setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4 atom oksigen dalam bentuk
tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit itu diulangi secara tidak
terhingga dengan setiap atom oksigen terikat kepada 2 atom silikon untuk
membentuk molekul kovalen raksasa seperti struktur berlian.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus cahaya,
sehingga lebih banyak digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh karena
itu lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca, kandungan
besinya tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah belah atau 0,015 %
untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca pada
umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh pada
temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar makamembutuhkan banyak waktu
untuk melebur silika sand maka sebelumdiolah silika sand harus diayak sehingga
didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna
untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental yang memiliki ketahanan
terhadap perubahan temperatur yang mendadak. Pasir kuarsa ini
terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya: Aceh, Sumatera Utara,
Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan
Selatan, dan Papua.
2. Dolomite
( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu
gamping yang mengandung <50% karbonat. Dolomite mempunyai struktur kristal
rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2
atau manganodolomit dan berkomposisi MgFe(CaCO3)2 atau
ferrodolomit.
Dolomite
ini biasanya berupa mineral tambang berwarna putih keabu-abuan atau
kebiru-biruan. kekerasan 3,5 – 4, berifat pejal, berat
jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar, mudah menyerap air, mudah dihancurkan. Penggunaan dolomite sangat penting karena dapat
mempermudah peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta mempercepat
proses pendinginan kaca. Pemanasan dolomite menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari MgO adalah untuk menurunkan viskositas kaca padatemperatur
tinggi
CaCO3 " CaO + CO2#
MgCO3 " MgO + CO2#
3. Soda
Abu (Na2CO3) dan Soda (Na2O)
Soda ash (Na2CO3) digunakan
karena kita memerlukan kaca yang bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan
halogen) sedangkan sumber natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda
ash dipakai dalam kaca akanmembentuk oksida Na2O
dan K2O dimana total Na2O
dan K2O disebut R2O. Soda ash merupakan material
yang memiliki sifat garam. Soda mengandung sodium atau natrium, yang merupakan
golongan alkali, yang memiliki 1 ion +. Soda merupakan pereaksi kuat, sangat
kuat bereaksi dengan ion lain. Sifat soda akan melembekkan material atau
softening. Secara umum, penggunaan soda ash adalah
mempercepat pembakaran, menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan gelembung
dan mengoksidasi besi.
4. Cullet
Cullet
merupakan sisa-sisa dari pecahan kaca yang dapat digunakan sebagai bahan baku
utama dari produksi kaca. Tujuan dari penggunaan cullet ini adalah mengurangi
bahan utama lainnya sehingga biaya produksi dapat semakin kecil, selain itu
cullet ini dapat memperkecil melting point dari pembuatan kaca, sehingga
dapat menghemat penggunaan bahan bakar.
Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan baku.
5.
Feldspar
Feldspar
mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2,
dimana R2O dapat berupa Na2O atau K2O atau
campuran keduanya. Feldspar ditemukan pada batuan beku,
batuan erupsi dan metamorfosa, baik bersifat asam maupun basa. Feldspar
mempunyai nilai kekesaran 6 – 6,5 skala Mosh, berat jenis 2,4 – 2,8, warna dari
putih keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau.
Sebagai sumber Al2O3,
feldspar mempunyai banyak keunggulan dibanding produk lain, karena murah,
murni, dan dapat dilebur. Dan seluruhnya terdiri dari oksida pembentuk kaca. Al2O3
sendiri digunakan hanya bila biaya tidak merupakan masalah. Feldspar juga
merupakan sumber Na2O atau K2O dan SiO2.
Kandungan aluminanya dapat menurunkan melting point kaca dan memperlambat
terjadinya devitrifikasi. Mutu feldspar ditentukan oleh
kandungan oksida kimia K2O dan Na2O yang relatif tinggi
diatas 6%, oksida Fe2O3 dan TiO2 . Feldspar mengandung
72 % SiO2, 12 %Al2O3, 8 % K 2O
dan 2 % Fe2O3
6.
Borax
Borax
adalah bahan campuran yang menambahkan Na2O dan boron oksida kepada
kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca lembaran, boraks
sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca pengemas. Ada pula kaca
borat berindeks tinggi yang mempunyai nilai dispersi lebih rendah dan indeks
refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang telah dikenal. Kaca ini banyak
digunakan sebagai kaca optik. Disamping daya fluksnya yang kuat, boraks tidak
saja bersifat menurunkan koefisien ekspansi tetapi juga menungkatkan
ketahanannya terhadap aksi kimia. Asam borat digunakan dalam tumpak yang
memerlukan hanya sedikit alkali.
Selain bahan
utama, terdapat pula bahan penunjang lainnya, yaitu bahan stabilizer, refining
agent (penghilang gelembung), penghilang warna, pewarna, dan opacifiers. Bahan
stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di dalam air, tahan
terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di
atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
1. Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat
produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
2. Barium Karbonat,
meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
3. Timbal Oksida,
membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias yang
tinggi.
4. Seng Oksida,
membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki sifat-sifat fisik
dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias
5. Aluminium
oksida adalah sebuah senyawa kimia
dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3
dan nama mineralnya adalah alumina. Disini alumunium oksida berfungsi untuk
meningkatkan viskositas gelas, kekuatan fisik dan ketahanan terhadp bahan
kimia.
6. Salt cake
yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai fining
agent, bahan pemurni kaca dari bubble. Salt cake berbentuk serbuk halus
danmerupakan sumber Na2O dan SO2. Sulfat ini harus dipakai bersama karbon agar tereduksi
menjadi sulfite.
7.
Arsen trioksida dapat
pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.
8.
Nitrat, baik dari
natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga tidak terlalu
kelihatan pada kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat digunakan pada berbagai
jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik. Sodium Nitrate adalah sumber Na2
dan mencegah terbentuknya NiS padakaca. Adanya NiS pada kaca akan menyebabkan
kaca pecah secara tiba-tiba
9. Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus
berhubung dengan kondisi yang hebat yang harus dialami dalam penggunaannya.
Zirkon, alumina, mulit (mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia
alumina-silika, alumina, krom-alumina elektrokast banyak digunakan sebagai
refraktor pada tangki kaca.
10. Mangan dioksida (MnO2), logam Selenium (Se), atau
nikel oksida (NiO) merupakan bahan penghilang warna (decolorant) yang dapat menghilangkan
warna karena kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan baku.
11. Bahan pewarna dalam kaca / gelas adalah oksida dari unsur
transisi, terutama golongan pertama Tc, V, Ca, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu. Warnanya
dihasilkan dari absorbsi cahaya frekuensi tertentu. Contoh NiO akan memberikan
warna coklat pada larutan natrium-timb,al, dan menghasilkan heliotrope dalam
kaca potas. Krom oksida akan memberikan warna yang berkisar dari hijau sampai
jingga.
B. Sifat-sifat Kaca
Beberapa
sifa-sifat kaca secara umum adalah:
1.
Padatan amorf
2.
Berwujud padat tetapi susunan atomnya seperti pada zat
cair
3.
Tidak memiliki titik lebur yang pasti
4.
Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih dari 1012Pa.s)
5.
Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali
hidrogen fluorida)
6.
Efektif sebagai isolator
7.
Mamppu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan
C.
Jenis-jenis Kaca
1.
Kaca Forming. Jenis kaca yang dilebur
atau dipanaskan kemudian dicetak sesuai model yang diinginkan.
2.
Kaca Es. Jenis kaca ini agak buram
dan tidak terlalu tembus pandang,dengan warna umumnya netral atau putih,
tetapi ada juga yang warna-warni.
3.
Kaca Melton. Permukaan kaca jenis ini
menghadirkan aneka ragam tekstur, hingga berbentuk dan agak timbul, atau tampak
seperti diukir.
4.
Kaca Sandblasting. Jenis kaca ini agak buram dengan
tekstur permukaan halus dan warna agak ke abu-abuan.
5.
Kaca Patri. Kaca ini dirakit dengan timah
atau kuningan yang membentuk sebuah
desain dengan sistem patrian. Kaca Patri atau Stained Glass banyak
menghiasi rumah ibadah seperti masjid dan gereja, juga rumah pribadi. Permukaan
kaca ini tampak seperti dilukis warna-warni, hingga membiaskan warna ke
dalam ruangan bila diterpa sinar mentari keindahannya juga akan tampak pada
malam hari dengan pantulan sinar lampu dari dalam bangunan atau rumah.
6.
Kaca Raindown. Populer untuk menghiasi interior
properti komersial, jenis kaca ini seperti dialiri air pada permukaannya,
seolah menghadirkanekosistem air di dalam ruangan, Bersifat tidak tembus
pandang, kaca inibisa menjadi partisi atau penghias di ruangan
D. Standar Manajemen dan Produksi
Beberapa
standar yang digunakan dalam industri kaca acalah:
1.
SNI (Standar Nasional Indonesia), SNI yang digunakan
adalah SNI kaca lembaran dengan nomor SNI-15-0047-2005, dengan syarat umum
2.
JIS (Japan Internasional Standard) R3206 dan R3211
3.
ANSI (America National Standard Institution)
4.
ECE (Economic Commission for Europe) E6 43 R
5.
ISO (Internasional Standard Organization) 9002 dan
14001, dan QS 9000.
E. Proses Pembuatan
Urutan
proses pembuatan kaca pada umumnya sebagai berikut :
1.
Transportasi bahan baku ke pabrik
2.
Pengaturan ukuran bahan baku
3.
Penimbunan bahan baku
4.
Pengangkutan, penimbangan, dan pencampuran bahn baku,
dan pemuatannya ke tanur kaca
5.
Reaksi pembentukan kaca di dalam tanur
6.
Penghematan kalor melalui regenarasi dan rekuperasi
7.
Pembuatan bentuk produk kaca
8.
Penyelesaian produk kaca
Reaksi yang terjadi dalam pembuatan
kaca adalah:
Na2CO3
+ aSiO2 " Na2O.aSiO2
+ CO2
CaCO3
+ bSiO2 " CaO.bSiO2
+ CO2
Na2SO4
+ cSiO2 + C " Na2O.cSiO2
+ SO2 + SO2 + CO
Berikut adalah gambaran proses produksi kaca yang diaplikasikan di PT
Asahimas Flat Glass Tbk. (AMFG)
1. Proses
pencampuran bahan baku
Proses
pencampuran bahan baku dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
a.
Pencampuran antara materal menjadi mixed batch
Material antara lain silika sand,
dolomite, soda ash, lime stone, feld spar,salt cake, colorant dan lain-lain
sesuai dengan kaca yang akan diproduksi dicampur dengan menggunakan mixer
berbentuk turbin. Secara garis besar maka skema prosesnya adalah
Proses mixing berlangsung selama 4
menit yang dibagi menjadi 2 tahap, mixing basah dan mixing kering. Proses
mixing kering terjadi pada 1 menit pertama kemudian dilanjutkan mixing basah
dengan penambahan air untuk memperoleh moisture sesuai dengan yang
diharapkan yaitu 4,5-5,5%.
Sebagian besar alat transportassi material adalah belt conveyer dan bucket
elevator
b.
Pencampuran antara mixed batch dengan cullet
Setelah campuran batch keluar dari mixer, batch
tersebut diangkut dengan belt conveyer dan dibawa oleh bucket elevator
masuk ke mixed batch tank. Bersamaan dengan itu cullet yang berasal dari
circulating cullet dan foreign cullet juga ditimbang dalam hopper scale.
Setelah itu batch dan cullet diangkut dengan belt conveyer dan bucket elevator
masuk ke dalam batch dan cullet tank. Selanjutnya dibawa ke blanket feeder
sebelum masuk kedalam melter. Namun apabila terjadi kesalahan proses batch
yang dapat disebabkan oleh kesalahan scale atau kesalahan operasi maka mixed
batch tank harus dikuras dan hasilnya disebut miss batch. Miss batch ini
disimpan kemudian diidentifikasi komposisinya melalui laboratorium. Pemakaian
miss batch dilakukan secara bertahap dengan berdasarkan kesamaan jenis produk
dan kualitasnya.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam operasi batch house antara lain:
a.
Berat material
Berat
target harus sesuai dengan berat material di lapangan, dari batch calculation
dapat diketahui berat target material dalam keadaan dry, sedangkan untuk
bahan-bahan yang berasal dari tambang pasti memiliki kadar moisture tertentu.
Untuk memperoleh berat material aktual dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
b.
Prosentase kandungan air material
Material
yang berasal dari hasil tambang pasti memiliki kadar air tertentu. Kadar air
ini harus dikontrol dan di cek secara manual dan automatik. Kadar air material
harus sesuai dengan standar yang ditentukan, yaitu:
1)
Kadar air silika sand ≤ 5%
2)
Kadar air dolomite ≤ 12%
3)
Kadar air feldspar ≤ 5%
4)
Kadar air lime stone ≤ 3%
5)
Kadar air batch from mixer 3,5-5,5%
Moisture
dicek secara manual dan auto moisture
check yang terdapat pada setiap ujung scle feeder dari material yang tercantum di atas. Tidak semua
material diperika moisturenya, karena beberapa material tidak memiliki sifat
menyerap air atau tidak memiliki sifat hidroskopis.
Tujuan pengontrolan kadar air material adalah:
1)
Mencegah material batch yang terlalu
kering, terbang dan hilang pada saat transportasi batch berlangsung.
2)
Mencegah material batch yang terlalu
kering, terbang dan hilang karena tersapu flame pada saat memasuki melter dan dapat menyebabkan
kebuntuan pada regenerator.
c.
Grain size
Grain
size dicek dengan cara sampel yang telah diambil diayak dengan sieveyang
memiliki ukuran mesh berbeda-beda sesuai dengan material yang diperiksa.
Setelah diayak maka terdapat material yang tidak lolos sieve yang kemudian
ditimbang. Grain size dihitung dengan rumus:
2. Proses
peleburan (Melting)
Operasi melting adalah proses
peleburan batch dan cullet menjadi bentuk yang homogen yang disebut molten
glass. Jenis tungku yang digunakan adalah Flat bottom Furnace. Kejadian di fase
melting adalah kejadian alamiah, dimana terjadi perubahan fase dari padat ke
cair. Beberapa zat berubah dari padat ke gas atau cair ke gas. Perubahan fase ini
sifatnya endothermik atau memerlukan panas/energi. Proses melting memerlukan energi
untuk melebur batch dan cullet, energi ini berasal dari pembakaran natural
gas dan panas dari molten glass.
Proses
peleburan ini menggunakan tanur. Tanur kaca dapat
diklasifikasi sebagai tanur periuk atau tanur tangki. Tanur-tanur ini tergolong
tanur regenerasi dan beroperasi dalam dua siklus. Suhu tanur yang baru mulai
hanya dapat dinaikkan sedikit demi sedikit setiap hari, bergantung pada
kemampuan refraktorinya menampung ekspansi. Bila tanur regenerasi itu sudah dipanaskan,
suhunya harus dipertahankan minimal 1200oC setiap waktu. Kebanyakan
kalor menghilang melalui radiasi, dan hanya sebagian kecil yang termanfaatkan
untuk pencairan.
a.
Tanur periuk
(port furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat
digunakan secara untuk membuat kaca khusus dalam jumlah kecil di mana kaca cair
itu harus dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan terutama
dalam pembuatan kaca optik dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya
sebetulnya ialah suatu cawan yang terbuat dari lempung pilihan atau platina.
b.
Tanur tangki (tank furnance), bahan kaca
dimuat ke satu ujung tangki besar yang terbuat dari blok-blok refraktor, di
antaranya ada yang ukutan 38 x 9 x 1.5 m dengan kapasitas kaca cair sebesar
1350 t. Kaca itu membentuk kolam di dasar tanur. Sama seperti tanur periuk, dindingnya
mengalami korosi karena kaca panas. Kualitas kaca dan umur tangki berganting
pada kualitas blok konstruksi
Yang digunakan oleh PT Asahimas Flat
Glass Tbk. (AMFG) pembakaran terjadi di furnace yang disebut port side furnace,
yaitu pembakaran dari samping yang mempunyai 12 port yang terdiri dari 6
port sisi kiri. Tiap port terdapat dua buah burner kecuali port 6, sistem
pembakaran dilakukan secara bergantian kiri dan kanan setiap 20 menit. Setiap
sisi furnace dilengkapi dengan regenerator untuk memanfaatkan panas hasil
pembakaran kemudian digunakan untuk memanaskan udara.
Dalam proses melting, molten glass mengalir dan
mengalami sirkulas ikarena adanya perbedaan temperatur dan juga karena
aksesoris-aksesoris yang ada pada proses melting, yaitu bubler, neck skimbar
dan stirrer. Ada empat stage pada proses melting, akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Primary
Melting Stage
Pada
tahap ini, material mulai dipanasi dan melebur. Sumber panas pada tahap ini
adalah burner port 1-2-3 dan molten glass itu sendiri. Pada tahap ini konsumsi energi
di melting furnace sangat tinggi, karena untuk erubah bentuk raw material menjadi molten butuh energi yang
besar. Di fase inireaksi inti dan penguraian komposisi material menjadi oksida
terjadi. Dari semua oksida melebur menjadi satu dan komponen gas yang terjadi
akan terlepas dan ada yang larut.
Batch-cullet
yang masuk ke dalam furnace melalui dog house, membetuk batch pile
yang kemudian akan melebur. Primary melting dibatasi oleh bubler yang
membentuk gelombang permukaan (tsunami) ke segala arah.Karena susunan bubler
melintang sepanjang melter, maka arah gelombang secara global ke arah upstream
dan downstream. Sehingga ada arus balik ke upstream pada primary melting.
b.
Fining Stage
Tahap yang kedua ini adalah tahap
dimana gas-gas hasil reaksi melting utama (primary melting) yang terkadung di
dalam molten glass dilepaskan. Pada tahap ini temperatur molten glass dinaikkan
agar kaca menjadi makin encer dan mudah untuk melepaskan gas-gas tersebut.
Gas-gas hasil reaksi primer membentuk benih-benih buble atau seed bubble,
dimana diameter dari bubble ini sangat kecil, namun banyak sekali. Gas-gas ini
banyak mengandung CO2. CO2 ini dapat dilepaskan dengan
membuat bubble yang lebih besar dari ukuran CO2, yaitu dengan
menambahkan gas SO2 dan O2
Mekanisme fining yang terjadi adalah, bubble yang
berdiameter kecil akan menyatu dengan bubble yang berdiameter besar,
sehingga bubble ini akan semakin volatile atau kemampuan ambangnya bertambah. Gas
yang berdiameter besar diperoleh dari yang berasal dari salt cake. Untuk
menambah efektifitas proses fining ini, maka temperatur molten pada stage
ini dinaikkan sampai mencapai >1450ºC. Proses terjadinya fining ini ada di area
port 4-5-6 dan stagnan. Pada areaini akan terlihat banyak foam pada permukaan molten.
Foam ini merupakan foam bubble yang naik ke atas permukaan. Agar foam ini dapat
tersapu bersih, maka pada pembakaran port 4 dan 5 ditambahkan material Titanium
yang dibakar bersama dengan api pembakaran, yangtujuannya untuk menyapu foam
ini dengan flame yang berat. Titanium memberi efek flame akan jatuh ke bawah
dan menyapu foam yang ada di permukaan sehingga gasnya benar-benar terlepas.
Fasilitas penyapu foam ini dinamakan Thinering Foam Layer (TFL). Materialnya
merupakan campuran larutan Tetra Butil Titanate dengan Light Oil, dengan ratio
1:7.3.
c.
Stiring dan Skiming
Pada tahap ini molten glass harus melewati sebuah
celah sampai yang disebut sebagai neck (leher) dimana pada area ini terdapat
proses yang sangat berpengaruh, yaitu:
1)
Stirring (Pengadukkan)
Tujuan pengadukkan molten glass ini adalah untuk
mencampur molten glass yang berat dan ringan, sehingga berat jenisnya homogen. Molten
glass yang ringan banyak dikontribusi dari fresh molten glass dan melter,
karena temperaturnya tinggi, sedangkan molten glass yang ringan dikontribusi
dari molten glass return dari refiner, yang temperaturnya lebih dingin dan berada
pada posisi bottom neck. Stirrer terletak pada posisi atas, blade dan rotasinya
didesign untuk menarik molten glass yang dari bawah naik ke atas dan
dimixing bersama-sama. Bentuk blade stirrer adalah paddle simetris dengan
membentuk sudut 45º. Efek aliran dari stirrer disebut efek ‘pumping up´ dimana
molten glass dari bawah tertarik ke atas permukaan dan dimixing bersama-sama
dengan molten baru. Blade stirrer ini dibuat dari pipa yang dibentuk seperti
dayung dan dialiri air pendingin. Body stirrer juga diberi proteksi mortal
refractory jenis ‘cocation’.
2)
Skimming (Pemisahan/Penyaringan)
Skimming adalah pemisahan sebuah substansi yang
sejenis dan sefase, berdasarkan perbedaan berat jenis / densitasnya. Pada
proses ini, kaca dibendung dengan rangkaian pipa berair pendingin, yang
tujuannya memblokir kaca yang temperatur dan berat jenisnya berat dapat
memasuki area refiner. Pipa ini disebut ‘Neck Skim Bar’. Neck skim bar
memiliki dimensi yang bermacam-macam tergantung kebutuhan pendinginan dan
area bendungan (blocking area) yang diinginkan. Ketika berhadapan dengan skim
bar hanya kaca yang memiliki berat jenis ringan saja yang dapat melewati
bagian atas dan sekitar skim bar, artinya hanya kaca yang sangat panas yang
dapat melewatinya. Kaca yang dingin akan semakin dingin dan menjadi berat,
akhirnya tidak dapat melewati skim bar. Kemudian kaca ini akan turun ke
bawah dan kembali bersama ‘return current’ dari refiner atau dimix kembali
diarea stirrer.
d.
Refining
Pada tahap ini adalah tahap akhir
dari proses di furnace. Pada tahap ini kaca dijaga agar temperaturnya tidak
terlalu drop dan cukup untuk masuk ke dalam metal bath. Secara prinsip,
jika temperatur kaca terlalu dingin,maka pada refiner akan rawan terbentuk
lapisan kaca yang dingin dan berat yang akan diam di bottom refiner. Ini
disebut sebagai ‘Dead Glass’. Jika terlalu banyak dead glass yang terbentuk,
maka lapisan kaca ini akan ikut keluar melalui canal bersama-sama dengan kaca
yang ringan dan akan menyebabkan gangguan optik dan distorsi pandang pada kaca.
Gangguan ini disebut sebagai ‘Ream’ dan efek optiknya disebut ‘Zebra’.
Jika
kaca terlalu panas, maka proses foaming di metal bath akan kesulitan, karena
ribbon cenderung melebar dip roses forming awal dan cenderung
mengecil dip roses forming tengah.
Temperatur yang ideal untuk kacamasuk ke dalam metal bath adalah sekitar 1010
s/d 1050ºC padatemperatur bottom canal, atau pada kisaran 1150-1200
pada temperatur permukaan molten
di canal.
Diharapkan dalam sirkulasi ini, molten glass yang
keluar dari melting menujumetal bath akan homogeny, dengan cara selelu
memperhatikan temperatur pada dog house bottom temperatur, crown stagnan, crown
front dan canal bottom. Temperatur berhubungan dengan massa jenis dimana jika masa jenis berubah
maka tidak homogen. Di dalam furnace terjadi reaksi antar material, berdasarkan
temperatur terjadinya dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:
a.
Solid state reaction (300-800ºC)
Pada temperatur 300-800ºC reaksi solid terjadi
diantara permukaan partikel batch. Reaksi-reaksi ini utamanya terjadi
antara karbonat dan pasir quartz. Tipe-tipe silika yang berbedadan
kombinasi karbonat (double karbonat) terbentuk. Derajat dari tejadinya reaksi
ini tergantung dari mutu kontak antara komponen-komponen tersebut. Penambahan
air saat batch akan menguntungkan karena dapat meningkatkan kontak antara
partikel- partikel. Reaksi yang terjadi antara lain:
Na2CO3
+ MgCO3 " Na2Mg(CO3)2 (300 –
500oC)
Na2CO3
+ CaCO3 " Na2Ca(CO3)2 (550 – 850oC)
Na2Ca(CO3)2+SiO2"Na2SiO3
+ CaSiO3 +2CO2# (600–800oC)
Na2CO3
+ SiO2 " Na2SiO3
+ CO2# (700 – 850oC)
2CaCO3
+ SiO2 " Ca2SiO4 + 2CO2# (600 – 900oC)
b.
Pembentukan fase metl primer (700-900ºC)
Pada temperatur 700-900ºC alkali yang mengandung
karbonat akan melt (leleh). Fase melt sangat penting karena silika sand akan
dikeliling oleh lelehan alkali yang kaya karbonat. Pada temperatur lebih tinggi
lelehan ini akan melarutkan pasir dengan cukup cepat.
Fase melt utama adalah sebagai berikut:
Ts (Na2CO3)
= 850ºC
Ts (Na2Ca(CO3)2)
= 820ºC
Ts (K2CO3)
= 890ºC
Selain itu
beberapa fase melt yang mungkin juga terjadi, seperti:
Teut (Na2CO3.KCO3)
= 700ºC
Teut (Na2Ca(CO3)2+
Na2CO3) = 740ºC3.
c.
Dissociation Reaction
Karbonat yang mengandung Ca dan Mg berdisosiasi (dekomposisi) sebelum
oksidanya bergabung menjadi glass melt. Selama disosiasi dihasilkan CO2.
CaCO3 " CaO + CO2 (910ºC, 1 atm)
Na2Ca(CO3)2
" CaO + Na2O
+ 2CO2 (6ºC, 1 atm)
CaCO3 " CaO +
CO2 (540ºC, 1 atm)
CaCO3
" CaO + CO2(650ºC, 1 atm)
CaCO3
selanjutnya akan bereaksi dengan SiO2 atau Na2CO3
membentuk kalsium silikat atau Na2Ca(CO3)2.
Lalu oksida-oksida hasil reaksi akan menjadi
bagian dari fase melt silikat yang ada.
d.
Dissolving reaction SiO2
Pada
temperatur diatas 800ºC silika akan bereaksi dengan alkali kaya karbonat (melt)
menjadi sodium silikat melt. Na2CO3+ n SiO2
" Na2SiO2+
CO2 (T>800ºC)
3. Proses
Pembentukan Kaca (Drawing)
Proses pembentukan kaca disebut proses drawing yaitu proses
untuk membentuk molten glass dari melting menjadi kaca lembaran.
Pembentukan kaca ini bisa diatur tebal tipisnya kaca dan lebar kaca yang
dibutuhkan. Secara alamiah, jika molten glass dituangkan ke permukaan yang
rata, contoh timah cair. Kaca relatif elastik saat masih berbentuk molten
glass, sehingga kaca bisa ditarik dan ditebalkan sesuai keinginan kita,
sehingga mendapatkan ketebalan dan lebar kaca yang diiginkan. Di proses drawing
ini kaca dituang ke dalam kolam timah sepanjang +/- 48 meter dan selebar 3
sampai dengan 7 meter, lalu ditarik oleh deretan roll, yang disebut lehr roll,
sepanjang +/- 100 meter.
Selama ditarik lehr roll ini, kacadidinginkan sampai siap dipotong. Kaca
ini terus menyambung, sehingga disebut sebagai ribbon. Operasi dalam bath ini
secara manual. Pengendalian ribbon hanyadilakukan dengan periscope atau kamera
intip di dalam bath. Pengendalian ribbon bisa dimonitor secara lengkap
hanya dari meter room bath dan meter room bath satu sisi bath saja. Untuk itu
koordinasi antara meter room dari bath sebelah kiridan kanan harus bagus. Ada
beberapa macam ascesoris yang dipakai di dalam operasi drawing dimetal bath.
Secara umum, ascesoris ini dibagi berdasarkan peruntukannya, antara lain:
a.
Pembentukkan kaca
1)
A-roll adalah alat
utama di dalam pembentukan kaca pada proses float ini,dimaan fungsinya adalah
melebarkan atau mengecilkan lebar ribbon.A-roll bekerja dengan 3 cara:
a)
Sudut
Yaitu mengarahkan arah
dayungan kaca keluar (arah bath side) atau ke dalam (arah ke cantre). Jika
diarahkan keluar, maka kacaakan melebar, jika diarahkan ke dalam, maka kaca
akan menyempit
b)
Speed barel
Pengaruhnya adalah
kecepatan dayungan dan ini juga bergantung pada posisi A-roll, yang erat
kaitannya dengan profil ribbon dan posisi sudut yang erat kaitannya dengan
arah dayungan. PutaranA-roll searah dengan arah ribbon di posisi area nip on,
sehinggaA-roll L & R putarannya berkebalikan.
c)
Nip down A-roll
Nip down adalah kadar
menancapnya A-roll di atas ribbon.
Nipdown ini dapat diukur dari kedalaman
gigi barell yang terlihat.
2) Penscope & camera monitor adalah alat
untuk melihat ribbon secara visual, tepat di atas ribbon, sehingga pergerakkan
ribbon di dalam bath bisa dimonitor secara detail, termasuk terlihat
visual A-roll pattern. Prinsip kerja periscope sama seperti periscope
kapal selam, hanya saja periscope ini bekerja pada kondisi panas, sehingga
harus dilindungi oleh cooler house dan diberi purging N2 untuk
menahan bath atmosfer panas masuk merusak periscope.
3)
Carbon
extention tile (CET) adalah blok carbon yang ditambahkan untuk memajukan
restrictor tile. Sehingga ribbon baru akan melebar lebih ke downstream.
Tujuan pemasangan CET ini adalah untuk membantu kerja A-roll di dalam
mendayung ribbon ke tengah, khususnya saat produksi thicker glass, dimana
diperlukan pengumpulan massa kaca di HOT agar lebih tebal dari tebal
kesetimbangan.
4) Carbon fender adalah carbon ini dipasang untuk
membuat kaca tebal atau thicker glass.Gross keep dan tebal diatur hanya
menggunakan lehr speed dan pull.
5) Carbon fence berfungsi untuk centering ribbon di
exit dan menjaga ribbon agar tidak menabrak shoulder, jika terjadi ribbon
swing (pembesaran grossyang over).
b.
Pengaturan temperatur kaca
1)
Conal cooler adalah
coller yang dipasang di canal (upstream back tweel), dimana fungsinya
untuk menurunkan temperatur canal.
2)
Hot cooler adalah
cooler yang dipasang di area hot, fungsinya untuk menurunkan temperatur
ribbon agar A-roll tidak bermasalah dengan ribbon karena ribbon terlalu panas
3)
Exit cooler digunakan
untuk mengatur temperatur exit.
4)
Pipe cooler adalah
cooler pipa yang dicelupkan ke dalam timah. Posisinya ada di tepi. Umumnya
dipakai di exit area, untuk mendinginkan temperatur exit dengan cara
mendinginkan temperatur timahnya. Namun ada beberapa kasus diseting di
tapper area.
5)
Bath heater mutlak
dipakai untuk pemanasan ribbon dan pengendalian operasi di bath. Terdapat
beberapa region heater, yaitu: hot end, pre-heat, re-heat, shoulder, auxiliary
dan exit
c.
Pengaturan arus konveksi timah
1)
Carbon
barrier dengan adanya setting carbon barrier ini, timah dingin akan
masuk kembali ke tengah dan timah panas dari upstream sebagian akan keluar
di upstream barrier dan kembali ke depan.
2)
Linear motor adalah
penggerak timah yang menggunakan gaya elektromagnetik dan bisa berfungsi
mendorong timah atau menarik timah.
d.
Ascessoris pendukung.
1)
De-drossing
pocket (DDP) adalah bagian dari bath yang disetting secara
permanen dan memiliki design khusus dengan bath yang fungsinya untuk
menarik dross dari area exit dan dapat dipisahkan dengan mudah.
2)
Jaringan SO2. SO2
berfungsi untuk meningkatkan ketahanan kaca saat melalui lehr.SO2
bereaksi dengan kaca dan akan menghasilkan film Na2SO4
tipis di bawah kaca dari film ini menambah kekuatan kaca. Kaca akan lebih
tahan gores dan tidak mudah pecah.
3)
Bath sealing
e.
Proses Float
Proses ini adalah
proses pengambangan kaca di atas timah cair, untuk memperoleh kerataan
kaca yang datar, sehingga kaca memiliki kemampuan tranmisi optic yang baik
(tanpa distorsi). Timah dipilih sebagai media pengambang karena sifat
timah
1)
Tidak menempel di kaca
2)
Lebih berat daripada kaca, sehingga kaca akan
mengambang di atas timah
Ribbon secara alamiah akan mengalami pelebaran saat turun ke tin bath, kemudian akan mengecil seiring dengan pengaruh tarikan lehr speed. A-rool akan membantu melebarkan ribbon, sehingga kaca akan dapatdisesuaikan ketebalan dan lebarnya. Hot cooler dan exit cooler digunakan untuk membantu pendinginan temperatur kaca. Bath heater digunakan untuk memanaskan temperatur kaca agar mudah dibentuk. Dari kondisi ribbon, ada 5region di dalam metal bath, antara lain:
Region I
Pada region ini, kaca secara alamiah akan membesar, setelah turun dariatas
spout lip. Kaca akan mengarah ke tebal kesetimbangan (+/- 6,7 mm). Gaya yang
bekerja pada ribbon ke arah luar dan tengah mengalami perlambatan.Temperatur
kaca masih tinggi (+/- 1050ºC) dan kaca masih dalam bentuk cair,sehingga kaca
masih memiliki kemampuan untuk menstabilkan penyebaran massa kaca ke semua
arah.
Region II
Bagian ini dinamakan initial forming area atau fire polishing area.
Padaregion II kaca sudah melewati tebal
kesetimbangannya, namun kaca seakan ditahan oleh A-roll no. 1 sehingga kaca
akan membesar. Pada region ini, gaya akibat efek lehr speed mulai terasa dan
mulai menarik ribbon ke downstream,dalam hal ini masih ada pelebaran dari
ribbon. Gaya pelebaran kaca semakin mengecil dan sampai pada titik dimana gaya
pelebaran tersebut nol, titik inidinamakan titik kritis, karena ribbon mulai
akan mengecil.
Titik kritis ini merupakan batas akhir dari Region II, temperatur kacamasih
relative panas dan pada area ini kaca memiliki kemampuan menstabilkandistribusi
massanya. Semakin lama kaca tinggal di region ini, semakin baik kualitas
distorsinya.
Region III
Pada region ini, ribbon mulai mengalami pengecilan yang besar, akibat
tarikanlehr speed, sehingga pada area ini A-roll ditempatkan. A-roll akan
menahan ribbon dan membuat ribbon menjadi lebar dan tipis. Pada region ini ribbon
jugaakan dingin akibat kehadiran A-roll yang nip on, sehingga banyak
konsumsiheater di daerah ini, untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup
elastic saatdibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon slip. Pada region ini,
ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nipon, sehingga banyak
konsumsi heater di daerah ini untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup
elastic saat dibentuk dan A-roll tidak
mengalami ribbon slip.
Region IV
Pada daerah ini, A-roll sudah tidak ada lagi dan ribbon mengalami
pengecilan alamiah. Pada area ini kaca sudah mencapi hardening point atau titik
temperatir kaku, dimana kaca sudah tidak elastis lagi, sehingga gross dan
tebal sudah tidak dapat dibetuk lagi. Pada area ini rawan terbentuk
lipatan-lipatan pada ribbon, karena temperatur kaca yang masih memungkinkan
untuk elastis namun hampir kaku. Di daerah ini, kaca masuk ke area
shoulder.
Region V
Diregion ini, kaca sudah kaku dan mulai didinginkanagar temperatur tidak
terlalu panas saat memasuki lehr annealing dan cooling, Diarea ini metal
bath berakhir
f.
Pendinginan Kaca di Lehr
Setelah kaca keluar dari Metal Bath, pasti kaca
membutuhkan pendinginan. Pendinginan ini tidak semata-mata sekedar
didinginkan saja, karena proses ini mempengaruhi fisik kaca secara luas. Target
dari operasi pendinginankaca di Lehr adalah:
1)
Kaca tidak pecah
2)
Kaca mudah dipotong
3)
Kaca tidak berkelok-kelok atau bowing / ngulet atau
harus flat. Untuk itu, ketika memerlukan instalasi pendinginan yang panjang,
karena kitaharus menunjukkan temperatur kaca +/- 600ºC ke temperatur kamar.
Suatu perjalanan temperatur yang sangat panjang.
Seperti yang kita ketahui, bahwa
dalam system fluida, perubahan temperatur berdanding terbalik dengan perubahan
dnsity dan perubahan viskositas (kekentalan).
Artinya, jika temperatur naik, maka massa jenis akan turun, fluida semakin ringan
karena massa / volumenya semakin kecil.Demikian halnya dengan material yang
sudah padat. Kita ketahui bahwa batang besi bila dipanaskan akan bertambah
panjangnya, jika didinginkan akan memendek. Hal ini disebabkan karena fenomena
yang sama. Ketika dipanasi,maka molekul akan meregang dan ketika didinginkan
molekul akan merapat. Dalam bahasa teknis, kondisi molekul rapat disebut
kompresi, kondisi molekul meregang disebut tensi. Fase ini dinamakan fase
annealing. Seperti halnya materi padat yang lain, ketika didinginkan,
material tersebut akan memasuki temperaturkritis, dimana kondisinya akan
berbalik, yang seharusnya dipanaskan molekulnyamengalami peregangan (tensi),
malah mengalami perapatan (kompresi). Fase ini dinamakan fase cooling.
4. Proses
Pemotongan dan Pengepakan (Cold Line)
a.
Proses Pemotongan (Cutting)
Pada tahap pemotongan kaca mengalami proses pemotongan secara horizontal.
Saat lembaran kaca berjalan, sudut pisau pemotong dan kecepatangerak pisau
sudah diatur sedemikian rupa sehingga mendapatkan potongan secara horizontal
dan lurus. Pisau pemotong ini disebut cross wise cutter yang diatur
oleh pulsa generator. Kecepatan lehr speed dikonversikan oleh computer
(CPU) menjadi suatu sinyal. Sinyal ini dikirimkan ke cross wise cutter dalam
bentuk pulsa generator yang berfungsi untuk menyesuaikan kecepatan
cutter terhadap kecepatan dalam memotong
lembaran kaca sesuai dengan ukuran potongan yang dikehendaki.
Sedangkan untuk pemotongan secara vertikal atau searah digunakan pisau length
wise cutter. Untuk memperlancar proses pemotongan kedua pisau ini selalu mengeluarkan
kerosene secara otomatik. Selanjutnya hasil goresan pisau secara horizontal
dipatahkan oleh snapping main line. Proses pematahan ini sangat sederhana yaitu
roll pematah dibuat sedikit lebih tinggi dari roll lainnya sehingga kaca akan
patah. Agar kaca tidak bersinggungan maka kecepatan kaca dibuat dua kali
kecepatan lehr sehingga kaca yang sudah terpotong lebih cepat terpisah.
Sedangkan untuk mematahkan hasil goresan pisau secara vertikal digunakan
edge snapper yang berupa roda kecil dipasang menggantung diatas permukaan
kaca sedikit menekan, sehingga kaca dapat dipatahkan. Untuk memisahkan
hasil potongan roda kecil yang arah putarannya agak keluar. Bagian tepi kaca
yang sudah patah dibuang terpisah kedalam suatu hopper. Selanjutnya kaca terus
bergerak menuju ke tempat pengambilan sampel (take off sampling). Bila
kaca yang digunakan lebih kecil ukurannya maka digunakan longitudinal snapper.
Kaca-kaca yang sudah dipotong dengan ukuran yang diinginkan dibersihkan dengan
menggunakan udara yang disemprotkan dengan tekanan tertentu.
Proses pemotongan ini terdiri dari dua proses yaitu pemotongan langsung dan
pemotongan tidak langsung.
1)
Pemotongan langsung (cutting on line)
Pemotongan langsung dilakukan diatas roll-roll yang
berjalan.Pemotongan langsung dibagi dalam dua tahap, yaitu:
a)
Tahap Pendahuluan
Setelah melewati lehr kaca bergerak
kebagian pemotongan. Peralatan pertama yang dilewati adalah guoltine yang
berfungsi memecah kaca sebelum masuk ke washing machine. Alat ini digunakan
jika terjadi pergantian warna, pecah vertical atau bila terjadi pergantian
ketebalan kaca. Kemudian kaca masuk ke washing machine untuk dicuci dan
dibilas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di
permukaan atau bawah kaca.
Peralatan yang digunakan berupa
brushing roll dan pada proses pencuciannya dibantu dengan hot water yang
dihasilkan dari steam dengan suhu berkisar antara 80-100ºC, karena kaca
yang keluar dari lehr suhunya sekitar 90ºC sehingga tidak terjadi
perbedaan suhu yang terlalu tinggi dan terhindar dari thermal shock yang
menyebabkan pecahnya kaca.
b)
Pencucian kedua dengan rinse water yangdiperoleh dari
air sungai yang sudah didemineralisasi.
Kemudian kaca memasuki suatu ruangan
gelap (dark room). Di dalam dark room terdapat suatu alat yang disebut
Floatican Cathcer yang berfungsi untuk mendeteksi adanya cacat pada
permukaan, bagian bawah dan bagian dalam
kaca. Adanya cacat pada kaca tersebut ditandai dengan lampu detector
berwarna merah. Jika pada kaca terdapat cacat, maka akan terbentuk suatu
bayangan pada layar (shine screen). Kamera akan menangkap bayangan tersbeut
dan akan melaporkannya ke CPU, setelah itu CPU akan memerintahkan alat-alat
yang lain untuk melakukan action. Setelah melalui floatation cacher kaca akan
melalui ruangan yang di dalamnya terdapat dua orang untuk mengecek kualitas
kaca secara manual.
Di dalam ruangan tersebut juga
terdapat dua oranguntuk mengecek kualitas kaca secara manual. Didalam ruangan
tersebut juga terdapat sisi yang dinamakan papan zebra, yang berfungsi
untuk mengetahui adanya cacat berupa zebra. Zebra adalah cacat yang disebabkan
karena adanya distorsi sehingga bayangan yang terbentuk tidak sesuai
denagn aslinya. Selanjutnya setelah kaca keluar dari dark room, dilakukan
pelapisan dengan bahan kimia (chemical coating) dipermukaan dan bawah
kacadengan disemprotkan.
Tujuan pemberian larutan kimia ini
adalah:
·
Menghindari jamur
·
Menghindari reaksi antara kaca dengan kertas
·
Menghindari perubahan warna kaca akibat perubahan
cuaca
Supaya kaca tahan terhadap
goresanChemical coating dibuat dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari:
·
Zine sulfate (ZnSO4.7H2O)
·
Citrate acid (C6H8O7)
·
Poly etana glycol [HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH]
·
Mono ethanol amine (NH2C2H5OH)
2)
Pemotongan tidak langsung (off line)
Pemotongan tidak langsung bertujuan
untuk memotong kaca-kaca ukuran kecil yang tidak dapat dipotong pada proses
pemotongan langsung, untuk memotong kaca-kaca afkir (tidak standar) untuk
dipotong menjadi ukuran yang lebihh kecil. Selain itu untuk memenuhi pesanan
dalam jumlah sedikit tetapi berbagai macam ukuran engan menggunakan
proses pemotongan OMM (One Man Machine).
Setelah itu kaca dilewatkan pada main
floating table. Untuk memindahkan jalannya kaca dibuatkan suatu lubang pada
table yang berisi roll atau roda yang bagian atasnya dilapisi beludru,
permukaan table juga dilapisi beludru agar permukaan bawah kaca tidak tergores
yang bisa mengakibatkan menurunnya kualitas kaca.
b.
Proses
Pengepakkan (Packing)
Proses pengepakan bertujuan untuk mengemas produk kaca di dalam box atau
pallet dan menjaga kualitas produk sampai ke tujuan pengiriman. Proses ini
dilakukan oleh packing section dengan tugasnya:
1)
Perencanaan dan persiapan packing material
2)
Preparation wooden box yang meliputi box local dan
eksport
3)
Control ware house balance yang dikoordinasikan dengan
cutting balance
4)
Servise glass packing
yang meliputi standart ekspor dan
standar pallet
Kaca-kaca yang telah dipotong sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki langsung dikemas. Sistem pengepakkan ada dua
cara tergantung dari pesanan eksport dan pesanan domestic. Cara tersebut
adalah:
1)
Unpacked yaitu pengepakkan dengan pallet saja tanpa
menggunakan peti.Ini untuk pengiriman ke
dealer-dealer yang berada dalam kota dan luar kota dipulau Jawa (domestic).
2)
Packed yaitu pengepakkan dengan menggunakan peti atau
box. Digunakan untuk pengiriman diluar pulau jawa (dalam negeri) maupun
eksport.
Material-material yang digunakan packing adalah:
1)
Kertas (paper inserted) berfungsi sebagai pelapis
antar kaca untuk menghindari kerusakan pada kaca akibat gesekan, benturan
serta untuk menghindari menempelnya kaca yang satu dengan yang lain.
Jenis-jeniskertas yang digunakan yaitu sheinkasi dan AP untuk eksport sedangkan
kraft untuk domestik.
2)
Styrofoam berfungsi sebagai peredam atau penahan
guncangan yangdipasanng antara kaca dan peti agar kaca tidak bergesekan
langsung dengan peti sehingga kaca tidak mudah pecah.
3)
Karton sebagai pelapis antara kaca, khususnya untuk
kaca yang ketebalannya mencapai 15-19 mm. Jenis karton yang digunakan adalah single
wave.
4)
Softboard digunakan dibagian bawah peti untuk
melindungi kaca dari goncangan dan benturan. Softboard ini lebih lunak dari
kayu tapi lebih keras dan kuat dari Styrofoam.
5)
Steelband adalah pita baja yang digunakan untuk
mengikat susunan kacadalam box. Untuk menggunakan dan mengeratkan ikatan
steelbanddigunakan klein seng.
6)
Paku dan baut digunakan untuk menguatkan kelembaban
dalam tumpukan kaca.
7)
Plastik berfungsi untuk mencegah masuknya uap air ke
dalam box.
8)
Silica gel berfungsi untuk mengurangi kelembaban dalam
tumpukkan kacaUntuk pengiriman ke luar negeri (eksport) kaca-kaca tersebut di
bos secara khusus untuk menghindari kerusakan pada saat perjalanan. Box
tersebutdimasukkan ke dalam container.
Macam-macam
container yang sering digunakan adalah:
1)
Dry Container (DC). Container jenis ini memiliki satu
pintu di salah satu sisinya maka hanyadigunakan untuk kaca-kaca dengan ukuran
kecil saja.
2)
Open Top Container. Untuk container ini bagian
atasnya terbuka sehingga kaca dengan ketinggian melebihi container tetap dapat
dimasukkan.
3)
Hard Top Container. Sama seperti open top tapi penutup
atas container terbuat dari besi.Container jenis ini sangat sulit dibuka
sehinggaa jarang digunakan untuk pengiriman
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kaca atau gelas ialah
produk yang amorf dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup,
tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca
atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat
dingin. Proses pembuatan kaca adalah pencampuran bahan baku, peleburan kaca
(melting), pembentukan kaca (drawing), pemotongan kaca, dan pengepakkan kaca.
Saran
Dengan
adanya perusahaan pembuatan kaca dan semakin majunya alat yang di cipatakan
para insinyur maka sudah pasti akan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
para penganggur yang ada di sekeliling perusahaan tersebut, dan juga dapat bermanfaat bagi
orang-orang sipil atau para arsitek dalam mengembangkan suatu ide dalam perancangan
bangunan. Dan dapat pula berguna bagi perusahaan otomotif karena kaca sekarang
tidak hanya sebagi kaca hiasan tetapi juga sebagai kaca pelindung.
Namun,
dengan makin besarnya perusahaan kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungan
karena proses pembuatan kaca ini pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya
bagi kelangsungan hidup manusia dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah
tentu semua ekosistem kana berubah baik dari struktur tanah ataupun air, tetapi
ini tidak langsung terjadi sangat cepat tetapi secara berlahan-lahan. Oleh
karena itu, industri kaca ini juga harus memperhatikan lingkungan sekitar
dengan meminimalisir dampak negatif dari limbah yang dihasilkan.
Anonim. (2013, May). All about glass. Dipetik
October 21, 2013, dari http://aalfiyahya13.blog.uns.ac.id/all-about-glass/
Anonim. (2011). Bab III Proses Produksi.
Dipetik October 21, 2013, dari http://id.scribd.com/doc/47027633/BAB-III
Anonim. (2012, September 04). Bahan-bahan Dasar
Pembuat Kaca. Dipetik October 21, 2013, dari
http://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-kaca/
Anonim. (2013, May). Langkah cara membuat.
Dipetik October 20, 2013, dari http://langkah-cara-membuat.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-cara-pembuatan-gelas-dan.html
Anonim. (2011, September 26). Pembuatan Kaca.
Dipetik October 20, 2013, dari
http://aadhew.wordpress.com/2011/09/26/pembuatan-kaca/
Anonim. (2005). SNI 15-0047-2005. Kaca Lembaran
.
Anonim. (2008, January). Thesis Binus. Dipetik
October 20, 2013, dari
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00455-TISI-Bab%202.pdf
Anonim. (t.thn.). Makalah Kaca. Dipetik October
20, 2013, dari http://id.scribd.com/doc/98539379/makalah-kaca
Hernorjen, I. (t.thn.). hernorjen. Dipetik
October 20, 2013, dari
http://hernorjen.blogspot.com/p/makalah-proses-pembuatan-kaca.html
Keenan, & W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga.
Komandoko, G. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan
Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Schey, J. A. (2009). Pengenalan Kepada Pproses
Pembuatan. ITBM.
Virdian. (t.thn.). How Glass Is Made. Dipetik
October 22, 2013, dari
http://www.viridianglass.com/Residential/AboutGlass/Pages/HowGlassisMade.aspx
Vogel, & Suehela, G. (1990). Buku Tesks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. (L. Setiono, & A.
Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta: Kalman Media Pustaka.
1 komentar:
bagi teman - teman yang bingung mencari refrensi tugas matakuliah sistem informasi,
makalah sistem informasi, praktikum. silahkan saja >>klik disini<< share berbagai hal yang berhubungan dengan
ilmu teknologi informasi dan komunikasi khususnya
seputar sistem informasi silahkan >>Klik Disini<<
Posting Komentar